Sejak zaman dahulu kala, umat manusia akrab dengan bepergian dan melakukan perjalanan jauh. Hal ini karena adanya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan, bekerja, menuntut ilmu, dan berbagai macam latar belakang lainnya. Dalam Islam, perkara bepergian memiliki kedudukan yang sangat penting dan dibahas secara serius dalam kajian fikih.

Di dalam Al-Qur’an, Allah mendukung dan tidak mencela mereka yang bersafar untuk mencari penghasilan. Allah Ta’ala berfirman,

فَاقْرَؤُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Karena itu, bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah.” (QS. Al-Muzammil: 20)

Ayat ini turun berkenaan dengan pelaksanaan salat malam. Allah mengetahui kewajiban mendirikan salat malam adalah hal yang berat untuk dilaksanakan dan Allah juga mengetahui akan ada berbagai hal yang menghalangi pelaksanannya, seperti sakit, bepergian, dan berjihad. Di ayat ini, saat kita tidak mampu untuk melaksanakan salat malam, maka setidaknya kita tidak lupa untuk membaca Al-Qur’an dari apa yang mudah bagi diri kita, tidak harus memaksakan diri untuk terus melaksanakan salat malam setiap harinya. Keringanan hukum ini merupakan rahmat dari Allah bagi hamba-hamba-Nya, dengan memperhatikan keadaan-keadaan mereka.


Di dalam surah Al-Jumu’ah, setelah Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan salat Jum’at, Allah Ta’ala juga memerintahkan mereka untuk mencari rezeki dengan bepergian di muka bumi ini. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ* فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi. Carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah: 9-10)

Melakukan safar di kehidupan kita di masa sekarang adalah sebuah kebutuhan. Berkat karunia Allah Ta’ala, sebuah perjalanan safar bagi seorang muslim merupakan ladang pahala dan kebaikan, terlebih lagi jika safarnya tersebut adalah safar dalam rangka ketaatan dan kebaikan (bekerja, menghidupi keluarga, mengunjungi orang tua, dan lain-lain).

Begitu sempurnanya agama ini, hingga Allah Ta’ala dan Rasul-Nya pun telah memberikan aturan-aturan mengenai safar. Apabila seorang muslim berpatokan dengannya dan mengikutinya, maka insyaAllah akan banyak sekali kebaikan dan pahala yang didapatkan. Berikut ini kami paparkan secara ringkas beberapa hal yang dapat kita lakukan sebelum dan saat safar, agar safar kita semakin berkah dan berpahala.


Pertama: Salat Istikharah Terlebih Dahulu

Yaitu, salat sunah dua rakaat kemudian berdoa dengan doa Istikharah. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu anhu, ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kami salat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan Al-Qur’an. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaklah melakukan salat sunah (Istikharah) dua rakaat kemudian membaca doa:

“اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ، اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِي وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ . قالَ: ((وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ))

‘Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan ke-Mahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Mahaagung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui hal yang gaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebutkan persoalannya) lebih baik dalam agamaku, penghidupanku, dan akibatnya terhadap diriku. (atau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘… di dunia atau akhirat’), sukseskanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi, apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agamaku, penghidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, (atau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘… di dunia atau akhirat’), maka singkirkanlah persoalan tersebut, dan jauhkanlah aku dari padanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berikanlah keridaan-Mu kepadaku.’ Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kemudian beliau akan mengutarakan dan menyebutkan kebutuhannya.” (HR. Bukhari no. 1162)


Kedua: Mencari Teman Perjalanan

Inilah salah satu sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di mana beliau bersabda,

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ ما في الوَحْدَةِ ما أعْلَمُ، ما سارَ راكِبٌ بلَيْلٍ وحْدَهُ.

“Seandainya manusia mengetahui apa yang terdapat dalam bepergian sendirian seperti apa yang aku ketahui, tentu seorang penunggang kendaraan tidak akan bepergian di malam hari sendirian.” (HR. Bukhari no. 2998)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita untuk tidak keluar sendirian melakukan perjalanan safar terutama di malam hari, karena safar sendirian berpeluang besar mendapatkan gangguan dan bisikan waswas dari setan, serta membahayakan diri sendiri.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun mencari teman saat melakukan perjalanan jauh. Lihatlah bagaimana beliau menjadikan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sebagai teman perjalanannya tatkala berhijrah ke kota Madinah. Di hadis-hadis lainnya, bahkan disebutkan bahwa beliau mengajak secara bergantian istri-istri beliau untuk ikut serta menemani dalam safarnya.

Saudaraku, dengan adanya teman perjalanan, maka itu akan sangat membantu. Karena teman yang baik pasti akan mengingatkan tatkala kita lalai, mengingatkan juga untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan tidak meninggalkan salat.

Baca juga: Hukum Bertayamum untuk Salat ketika Safar


Ketiga: Saling Mendoakan antara Yang Pergi dengan Yang Ditinggalkan saat Berpamitan

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

كانَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّه عليه وسلم إذا ودَّعَ رجلاً أخذَ بيدِهِ فلاَ يدعُها حتَّى يَكونَ الرَّجلُ هوَ يدعُ يدَ النَّبيِّ صلَّى اللَّه عليه وسلم ويقولُ استودِعُ اللَّهَ دينَكَ وأمانتَكَ وآخرَ عملِكَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengantarkan seseorang, beliau menyalaminya dan tidak melepaskannya hingga orang tersebut yang melepaskan tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau mengatakan, ‘Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanahmu, dan akhir dari amalanmu.’” (HR. Abu Dawud no. 2600 dan Tirmidzi no. 3442)

Adapun musafir, maka mendoakan orang-orang yang ditinggalkannya dengan doa yang juga diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di mana Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

ودَّعني رسولُ اللهِ صلَّى الله عليْهِ وسلَّمَ فقالَ : أستودعُكَ اللَّهَ الَّذي لاَ تضيعُ ودائعُهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpamitan denganku (karena beliau akan melakukan perjalanan) seraya berkata, ‘Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya.’” (HR. An-Nasa’i di dalam As-Sunan Al-Kubra no. 10342, Ibnu Majah no. 2825 dan Ahmad no. 9230)


Keempat: Meminta Nasihat dari Orang Saleh sebelum Melakukan Perjalanan Jauh

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

أَنَّ رجلًا قالَ : يا رسولَ اللَّهِ إنِّي أريدُ أن أسافِرَ فَأوصِني قالَ : عليكَ بتقوَى اللَّهِ والتَّكبيرِ على كُلِّ شَرَفٍ فلمَّا ولَّى الرَّجُلُ قالَ اللَّهُمَّ اطوِ لَه الأرض وَهوِّن عليهِ السَّفرَ

“Seorang laki-laki berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku akan melakukan perjalanan, maka berilah nasihat kepadaku.’ Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‘Hendaknya engkau senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala dan bertakbir setiap kali berada di ketinggian.’ Tatkala laki-laki tersebut telah pergi. Nabi berdoa, ‘Ya Allah lipatlah bumi ini untuknya dan mudahkanlah perjalanannya.’” (HR. Tirmidzi no. 3445)

Inilah sunah safar yang mungkin belum banyak diketahui oleh mayoritas kaum muslimin. Di mana apabila salah seorang di antara kita akan pergi merantau untuk menuntut ilmu, bekerja, atau hal-hal mubah lainnya, hendaklah dirinya meminta nasihat dari seseorang yang dikenal baik dan memiliki ilmu. Dengan begitu kita akan mendapatkan nasihat yang berguna dalam perjalanan kita serta mendapatkan doa kebaikan, keselamatan, dan kemudahan dalam perjalanan yang akan kita tempuh.


Yang Kelima dan Terakhir Wahai Saudaraku, adalah Memperbanyak Doa dan Istigfar dalam Perjalanan

Karena doa seorang musafir yang ikhlas serta memperhatikan adab-adabnya adalah salah satu doa mustajab. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثلاثُ دعواتٍ مستجاباتٌ لا شَكَّ فيهِنَّ ؛ دَعوةُ المظلومِ ، ودعوةُ المسافرِ ، ودعوةُ الوالدِ على ولدِهِ

“Ada tiga doa mustajabah yang tidak disangsikan lagi, yaitu doa orang teraniaya, doa orang dalam perjalanan, dan doa orang tua untuk anaknya.” (HR. Abu Dawud no. 1536, At-Tirmidżi no. 1905, dan Ibnu Majah no. 3862)

Saat sedang dalam perjalanan safar, seorang muslim hendaknya memanfaatkan waktunya untuk bertobat kepada Allah Ta’ala, meminta ampunan kepada-Nya, dan memperbanyak doa lainnya. Manfaatkan juga untuk mendoakan keluarga kita, saudara-saudara kita, teman-teman kita, dan pemimpin kita. Karena perjalanan safar merupakan salah satu kondisi di mana Allah Ta’ala mudah sekali mengabulkan doa-doa kaum muslimin.

Sebenarnya masih banyak lagi sunah-sunah safar yang belum kita sebutkan pada artikel ini. Namun, setidaknya dengan mengerjakan lima sunah di atas, maka akan menjadikan safar kita penuh dengan kebaikan dan ganjaran pahala dari Allah Ta’ala

Wallahu A’lam bisshawab.



Sumber: https://muslim.or.id/95964-ingin-safar-lakukan-5-hal-ini-agar-lebih-berkah.html

Copyright © 2024 muslim.or.id


Semoga dengan berpulangnya kembali ke tanah air membawa berkah dan menjadi inspirasi bagi kita semua.



🕋 PT. Jana Madinah Wisata


“InsyaAllah Perjalanan Nyaman Sesuai Syariah”


INFO, PENDAFTARAN & KONSULTASI UMROH :


📞 0813-7477-4715 (whatsApp/call)


🌐www.janamadinahwisata.co.id


Alamat Kantor Pusat Jana Madinah Wisata : Jl. Pulo Sirih Utama No.297, RT.001/RW.015, Jaka Setia, Kec. Bekasi Selatan. Bekasi, Jawa Barat 17147


#JMW 

#JMW