Pentingnya Belajar Adab Sebelum Ilmu

 

 

Banyak sekali fenomena saat ini yang menunjukkan betapa mirisnya kaum muda-mudi sekarang atau “Generasi Z” dalam berinteraksi dengan orang yang lebih tua, terlebih lagi apa yang terjadi didalam sekolah-sekolah ataupun tempat yang dimana disitu dijunjung tinggi moral dan akhlaq, lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah para penuntut ilmu pada zaman dahulu juga melakukan hal tersebut kepada guru atau orang yang lebih tua diantara mereka?

 

Apa Itu Adab dan Ilmu Adab?

Menurut Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani, adab adalah mengadopsi atau mengambil kemuliaan-kemuliaan akhlaq.

Sedangkan ilmu adab adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana memperbaiki lisan, tutur kata, dan perilaku serta menjaga seseorang yang memilikinya dari kesalahan dan ketergelinciran didalamnya.

Adab memiliki kedudukan tinggi dalam islam bahkan salah seorang ulama Al-Imam Malik bin Anas pernah berkata kepada seorang Quraisy :

"يا ابن أخي تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم"

“Wahai anak saudaraku, Belajarlah adab sebelum engkau mempelajari ilmu”

 

Dan Abdullah ibnu Al-Mubarok pernah berkata juga :

"طلبت الأدب ثلاثين سنة، وطلبت العلم عشرين سنة، وكانوا يطلبون الأدب ثم العلم"

“Aku mempelajari adab selama 30 tahun, kemudian aku menuntut ilmu selama 20 tahun, mereka mempelajari adab sebelum mempelajari ilmu”  

Beliau juga berkata :

"كاد الأدب يكون ثلثي العلم"

“Adab itu menyerupai 2/3 ilmu”

 

Macam-macam Adab

Adab sendiri terbagi menjadi dua macam :

a)    Adab Thabi’i : yaitu adab atau akhlaq seseorang yang Allah ta’ala ciptakan untuk para hambanya.

b)   Adab Nisby : yaitu adab yang diperoleh dari interaksi manusia sehari-hari.

Dari sini kita bisa kita pelajari bahwa peran lingkungan sangat besar sekali dalam mempengaruhi adab dan perilaku seseorang, bahkan  Nabi ﷺ bersabda akan keterkaitannya agama seseorang dengan temannya, Beliau ﷺ bersabda :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل""


“Dari Abu Hurairah -rhadiyallahu anhu- berkata: Rasulullah ﷺ bersabda : (Seseorang itu bergantung dengan agama temannya, maka hendaklah seseorang dari kalian mellihat dengan siapa seseorang itu berteman)”

 

Rasulullah Adalah Sebaik-baik Qudwah

Sebagai seorang muslim sudah selayaknya bagi kita untuk menjadikan Nabi Muhammad ﷺ sebagai role model dan tauladan dalam segala aspek kehidupan didunia ini, terlebih lagi dalam masalah adab dan akhlaq, pernahkah kita mengira sebegitu detailnya islam mengajarkan kepada kita akhlaq dan adab melalui Nabi  ﷺ? bahkan dalam permasalahan kamar mandi pun ada adabnya, lantas bagaimana dengan adab terhadap insan yang lain?

Allah ta’ala telah berfirman didalam surat {Al-Ahzab:21}

(لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُواْ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا)

“Sungguh benar-benar ada dalam diri Rasulullah ﷺ suri tauladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi siapapun yang mengharapkan (rahmat) Allah dan hari akhir dan Ia banyak berdzikir kepada Allah”.

 

Perkataan ulama’ yang menjelaskan bahwa Nabi ﷺ adalah sebaik-baik timbangan adab dan akhlaq untuk umatnya,

قال سفيان بن عيينة: (إن رسولَ الله صلى الله عليه وسلم هو الميزان الأكبر؛ فعليه تُعرَض الأشياء، على خُلقه وسيرته وهَديه، فما وافقها فهو الحق، وما خالفها فهو الباطل)

“Sufyan bin Uyainah berkata : (Sesungguhnya Rasulullah ﷺ adalah neraca agung, segala aspek kebaikan itu ada padanya, akhlaqnya, perjalanan hidupnya, dan petunjuknya, maka segala hal yang sesuai dengan beliau adalah haq, dan segala hal yang berselisih dengan beliau adalah batil)”.

 

Dari kesimpulan diatas kita bisa artikan bahwa minimnya adab dan akhlaq untuk generasi sekarang adalah karena minimnya mereka akan Qudwah Hasanah dan salahnya mereka dalam mengambil contoh dari orang-orang sekitarnya, maka tugas kita para orangtua mengajarkan betapa pentingnya adab sejak dini, serta memberikan tauladan yang baik untuk anak-anak kelak.

 

Selesai, Wallahua’lam....

 

 

Referensi :

·    Fathu Al-Bari bi As-Syarh Al-Bukhori. Tahun 1431 H, Ahmad bin Ali Ibnu Hajar Al-Asqolani. Penerbit As-Salafiyyah, Mesir.

·    Madarij As-Salikin baina Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in. Cetakan Ketiga, Tahun 1996, Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Sa’d Syamsuuddin Ibnu Al-Qoyyiam Al-Jauziyah. Penerbit Daar Al-Kitab Al-Arabiy, Beirut.

·    Al-Jami’ li Akhlaq Ar-Rawi wa Adabu As-Sami’.Tahun 1431 H, Abu Bakr Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi Al-Khatib Al-Baghdadi. Penerbit Maktabah Al-Ma’arif, Arriyadh.

·    Hilyatul Auliya’ wa Thobaqat Al-Asfiya’.Tahun 1974, Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah Al-Ashbahani. Penerbit As-Sa’adah, Mesir.