Islam, Iman, dan Ihsan

 

Sering kali kali kita sebagai muslim mendengar kalimat “islam, iman, dan ihsan”, mungkin yang terbesit dalam benak kita, islam adalah suatu agama dan iman adalah keyakinan adapun ihsan itu kebaikan. Bahkan banyak sekali kaum muslimin diluar sana ketika ditanya tentang apa itu islam? Apa itu iman? mereka lupa dan tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya sebagai identitas dan jati diri dari seorang muslim mampu menjawabnya dengan mudah, lalu apakah maksud dari islam, iman, dan ihsan itu sebenarnya?


الحديث الثاني

"الإسلام والإيمان والإحسان"

عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَيضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

 

Hadits Kedua :

Islam, Iman, dan Ihsan”

Dari Umar -Radhiyallahu ‘anhu- ia berkata: Pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah , tiba-tiba datang seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam pekat, tidak terlihat padanya tanda setelah melakukan perjalanan panjang, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya,

Kemudian ia duduk di hadapan Nabi lalu mendekatkan lututnya ke lutut Nabi  setelah itu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata: “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?’

Maka Nabi menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah (Ka’bah) jika engkau mampu menunaikan perjalanan ke sana.”

Laki-laki tersebut menjawab: “Engkau benar.”

Lantas kami pun takjub padanya, ia yang bertanya dan ia pula yang membenarkan jawabannya.

Ia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku tentang iman?”

Nabi menjawab: “Iman itu adalah Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir, baik itu taqdir baik maupun taqdir buruk.”

Ia berkata: “Engkau benar.”

Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi: “Jelaskan kepadaku tentang ihsan?”

Beliau bersabda: “Ihsan adalah Engkau beribadah kepada Allah seakan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan terjadinya hari kiamat?”

Nabi menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada yang bertanya.”

Ia berkata: “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!”

Nabi berkata: “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya (seorang ibu melahirkan anak dari tuannya, yang nanti anak itupun merdeka dan menjadi tuannya, qiyas tentang merajalelanhya kedurhakaan terhapa orangtua) dan jika engkau mendapati orang yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian yakni seorang fakir penggembala kambing yang saling berlomba dalam meninggikan bangunan."

Umar -Radhiyallahu ‘anhu- berkata: ‘Kemudian laki-laki itu berpaling, dan aku pun terdiam sejenak.’

Lalu bertanya kepadaku: “Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?”

Aku pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”

Nabi bersabda: “Ia adalah Jibril, yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama ini.” (HR Muslim)

 

Hadits ini menjelaskan banyak sekali faedah yang bisa kita petik darinya, salah satunya adalah adab dalam bermajelis ataupun bertanya kepada seorang guru, bisa kita lihat bagaimana Jibril -alaihi assalam- datang kepada Nabi ﷺ menyerupai seorang laki-laki yang tidak diketahui identitasnya akan tetapi ia berpakaian begitu sopannya, lalu ia duduk sopan didepan Nabi ﷺ  ketika ingin bertanya serta ucapan yang keluar dari lisan Jibril pun begitu santun sekali.

Maka dari sini kita bisa simpulkan bagaimana pentingnya adab dalam kehidupan sehari-hari dan dari sini juga kita dapat mengambil faedah bahwa para malaikat Allah bisa menyerupai seseorang atas kehendak-Nya.

 

Apa itu Islam?

Islam adalah sebuah agama, akan tetapi sebenernya makna dari islam lebih dalam dari itu sebagaimana Nabi ﷺ bersabda didalam hadits tersebut bahwa Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak untuk disembah kecuali Allah ta’alaa dan engkau bersaksi bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan-Nya, engkau mendirikan solat, engkau menunaikan zakat, engkau berpuasa dibulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu untuk melakukan perjalanan kesana.

Sudahkah kita menjadi seorang muslim yang telah menunaikan konsekuensi dari Islam itu sendiri? Atau malah justru sebaliknya? Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan untuk selalu menjalankan konsekuensi Rukun Islam yang lima.

 

Apa itu Iman?

Iman dalam makna bahasa Indonesia yang kita ketahui adalah keyakinan, namun apakah keyakinan yang dimaksud dalam islam? Apakah keyakinan yang mencakup banyak hal?, maka perhatikanlah sabda Nabi ﷺ dalam hadits tersebut, Beliau bersabda bahwa Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para rasul-Nya, dan engkau beriman kepada hari akhir, serta engkau beriman terhadap taqdir-Nya, baik itu taqdir baik maupun taqdir buruk.

Jadi keimanan dan keyakinan yang harus seorang muslim yakini ada 6 hal sebagaimana termaktub dalam Rukun Iman yang enam, apakah cukup kita meyakini ke 6 hal tersebut tanpa ada konsekuensi didalamnya? Tentu ada konsekuensi yang terkandung didalamnya, namun mungkin kita belum bahas disini, pada intinya setiap keyakinan yang kita yakini seperti beriman kepada Allah maka mewajibkan kepada kita untuk beriman dengan berbagai aspek seperti beriman kepada Allah bahwa Allah itu memiliki dzat, beriman kepada Allah bahwa Allah itu yang menciptakan segala hal, dan lain lain.

 

Apa itu Ihsan?

Adapun Ihsan yang sering kita maknai sebagai kebaikan, Nabi ﷺ menjelaskan bahwa ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, hal ini ditujukan agar kita sebagai hamba merasa diawasi oleh Allah ta’ala sehingga ibadah yang kita lakukan ditunaikan dengan khusyu’ serta rasa berharap akan balasan ridha-Nya dan takut akan ditolaknya ibadah kita, jika seandainya kita tidak bisa merasakan seolah kita melihat Allah dalam beribadah maka Nabi ﷺ bersabda ketahuilah bahwa Allah senantiasa mengawasi dan melihatmu.

 

Lalu Nabi ﷺ ditanya dalam hadits tersebut tentang kapan terjadinya hari kiamat, Beliau ﷺ menjawab bahwa dirinya tidak lebih tahu akan hal tersebut daripada Jibril -alaihissalam- karena ilmu akan kapan terjadinya hari kiamat itu hanya Allah lah yang mengetahui, sebagaimana Allah ta’ala berfirman dalam surat Luqman ayat 34;

إنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ....

“Sesungguhnya disisi Allah lah pengetahuan tentang hari kiamat”

Lantas Jibril kemudian menanyakan tanda-tanda kapan terjadinya hari kiamat, Nabi ﷺ pun menjelaskan bahwa hari kiamat itu semakin dekat ketika seorang budak perempuan melahirkan tuannya, ini adalah kiyas dari seorang anak yang durhaka kepada ibunya, karena ketika seorang budak perempuan melahirkan anak dari tuannya niscaya anak tersebut akan menjadi merdeka dan bebas layaknya ayahnya, lalu ia pun akan menjadi tuan dari ibunya sendiri yang menjadi seorang budak perempuan ayahnya, Wallahu a’lam.

Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan tanda-tanda selanjutnya ialah banyaknya kaum fakir yang dikiyaskan dengan seorang penggembala kambing tidak beralas kaki dan tidak berpakaian, mereka berlomba-lomba meninggikan bangunan, maka sudah jelaslah apa yang disabdakan Nabi ﷺ, betapa banyak saat ini anak yang durhaka kepada orangtuanya? Betapa banyak kaum fakir yang berlomba-lomba memegahkan rumah dan harta benda mereka? Semoga kita semua termasuk orang-orang yang diberikan keselamatan oleh Allah -subhanahu wa ta’ala-.

 

Faedah Hadits:

1.    Pentingnya adab dalam bermajelis, dan bagaimana seorang guru mencontohkan adab kepada orang yang ingin bertanya sebagaimana Nabi ﷺ memuliakan Jibril.

2.    Sesungguhnya malaikat memilik kemampuan untuk mengubah dirinya atas izin Allah ta’ala dan kita wajib mengimani hal tersebut.

3.    Ketika kata Islam dan Iman disebutkan secara terpisah maka makna Islam adalah amalan yang dzohir seperti syahadat, solat, zakat, puasa, dan haji sedangkan Iman adalah amalan yang bersifat batin seperti beriman kepada Allah, dan lain-lain.

4.    Akan tetapi jika hanya disebutkan salah satunya maka amalan dzohir maupun batin masuk dalam konteks kalimat tersebut.

5.    Islam, Iman, dan Ihsan itu tercakup didalam agama islam.

6.    Ilmu tentang hari kiamat hanya ada disisi Allah -subhanahu wa ta’ala-.

7.    Termasuk tanda semakin dekatnya hari kiamat adalah kedurhakaan kepada orangtua yang merajalela dan banyak kaum fakir yang berlomba-lomba menjadi orang kaya.

8.    Wajibnya seorang muslim untuk beriman dengan ketetapan yang Allah tetapkan baik itu taqdir baik maupun taqdir buruk, dan sebagai seorang muslim ia harus ridha akan ketetapan tersebut.

9.    Larangan bagi manusia untuk berlarut-larut terjebak dalam suatu hal yang ia tidak tahu akan ilmu tersebut, seperti berlarut-larut memikirkan masa depan yang belum kita ketahui, dan lain-lain.

10. Bolehnya seorang yang sudah paham akan suatu ilmu bertanya kembali kepada ustadz maupun guru sebagai tujuan untuk memahamkan kepada orang yang sekiranya belum paham.

 

Selesai, Wallahua’lam...

 

Referensi :

·     Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Tahun 1431 H, Muhammad bin Sholih bin Muhammad Al-Utsaimin. Penerbit Daar Ats-Tsuroyya

·     Al-Ahadits Al-Arba’in An-Nawawiyyah ma’a Maa Zaada alaiha Ibnu Rajab wa Alaiha As-Syarh Al-Mujiz Al-Mufid. Cetakan Ketiga, Tahun 1984, Abdullah bin Sholih Al-Muhsin. Penerbit Al-Jami’ah Al-Islamiyyah, Al-Madinah Al-Munawwaroh.