Dalam Al Qur’an, kata ‘zabur’ (زبور) digunakan untuk menyebut kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Daud ‘alaihissalam.
وَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ
“Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.”
(QS. An Nisaa’: 163)
Bentuk jamak dari kata ‘zabur’ adalah ‘zubur’ (زُبُرِ) dan digunakan untuk menyebut semua kitab suci yang diwahyukan kepada nabi-nabi terdahulu.
وَاِنَّهٗ لَفِيْ زُبُرِ الْاَوَّلِيْنَ
“Dan sungguh, (Al Qur’an) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu.”
(QS. Asy Syu’araa’: 196)
Kata ‘zubur’ juga digunakan untuk menyebut buku-buku catatan malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia.
وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوْهُ فِى الزُّبُرِ
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan.”
(QS. Al Qamar: 52)
Karena itu, dalam bahasa Arab, kata ‘zabur’ (زبور) juga bermakna menulis dengan sempurna atau mengukir di atas batu.
Kitab Zabur Saat Ini
Di kalangan Yahudi saat ini, kitab suci yang terkait dengan Nabi Daud adalah Tehillim (“puji-pujian”). Orang Nasrani menyebutnya Mazmur atau Psalms (“kata-kata yang menyertai musik”).
Saat ini Kitab Tehillim atau Mazmur menjadi salah satu bagian dari Alkitab Yahudi (Tanakh) dan Perjanjian Lama Alkitab Nasrani.
Kitab Tehillim/Mazmur merupakan kumpulan puji-pujian dan kata-kata puitis yang ditujukan kepada Tuhan, serta dinyanyikan dalam ritual ibadah Yahudi dan sebagian denominasi Nasrani.
Perubahan Zabur
Orang Yahudi dan Nasrani meyakini sebagian besar isi Tehillim/Mazmur adalah komposisi atau gubahan Nabi Daud.
Namun, para sejarawan Alkitab, seperti dalam “The Jewish Study Bible” (2004:1282) berpendapat bahwa Tehillim/Mazmur merupakan hasil komposisi berbagai penulis antara abad ke-9 dan ke-5 SM.
Al Qur’an pun menyebutkan bahwa Kitab Suci Yahudi dan Nasrani, termasuk Zabur, telah mengalami perubahan (tahrif).
اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلَامَ اللّٰهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهٗ مِنْۢ بَعْدِ مَا عَقَلُوْهُ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Maka apakah kamu (Muslimin) sangat mengharapkan mereka (Yahudi) akan percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahuinya?”
(QS. Al Baqarah: 75)
Tahrif Zabur dapat diketahui melalui perbandingan dengan Al Qur’an. Seperti misalnya ayat Mazmur yang menyebutkan bahwa Tuhan tertidur.
“Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami terus-menerus!”
(Mazmur 44:23)
“Lalu terjagalah Tuhan, seperti orang yang tertidur, seperti pahlawan yang siuman dari mabuk anggur.”
(Mazmur 78:65)
Ayat-ayat ini bertentangan dengan Al Qur’an yang menyatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mengantuk dan tidak tidur.
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.”
(QS. Al Baqarah: 255)
Kalaupun ayat Mazmur yang menyebut Tuhan tertidur adalah kiasan, maka kiasan ini tidak layak disandangkan untuk Allah.
Sedangkan isi Zabur yang belum mengalami tahrif antara lain ayat yang menyebutkan hamba-hamba Allah akan mewarisi bumi Syam.
“Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.”
(Mazmur 37:9)
“Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.”
(Mazmur 37:11)
“Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.”
(Mazmur 37:29)
Ayat-ayat Mazmur ini sesuai dengan ayat-ayat dalam Al Qur’an.
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ
“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”
(QS. Al Anbiyaa’: 105)
وَاَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُسْتَضْعَفُوْنَ مَشَارِقَ الْاَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ
“Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi.”
(QS. Al A’raaf: 137)
Ketika Doa Menjadi Nyanyian
Al Qur’an telah menyebutkan bahwa Nabi Daud memiliki kefasihan dalam bertasbih, mensucikan dan memuji Allah.
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ مِنَّا فَضْلًاۗ يٰجِبَالُ اَوِّبِيْ مَعَهٗ وَالطَّيْرَ
“Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud’.”
(QS. Saba’: 10)
Sedangkan dalam Alkitab Yahudi dan Perjanjian Lama Alkitab Nasrani (1 Samuel 16:16–21) disebutkan bahwa Nabi Daud pandai bermain kecapi (alat musik dawai).
Raja Saul (Thalut) pun meminta Nabi Daud bermain kecapi untuk mengusir roh jahat yang mengganggunya.
“Maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.”
(1 Samuel 16:23)
Konteks ayat ini menceritakan eksorsisme atau pengusiran jin jahat yang mengganggu manusia. Namun, eksorsisme Yahudi dan Nasrani sejak dulu sampai sekarang tidaklah menggunakan kecapi.
Tidak jauh berbeda dengan ruqyah Islam, praktik eksorsisme Yahudi dan Nasrani umumnya didominasi penggunaan doa, menyebut nama Tuhan, serta pembacaan ayat seperti Mazmur 91.
Sehingga kata נֶבֶל (kinnor), yang diterjemahkan sebagai harpa atau kecapi dalam 1 Samuel 16:16, merupakan ungkapan kiasan atau perumpamaan.
Penggunaan kiasan serupa juga dapat ditemukan dalam hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar bacaan Abu Musa, maka beliau bersabda:
يَا أَبَا مُوسَى لَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ
“Wahai Abu Musa, sesungguhnya engkau telah diberi Mizmar dari Mazaamir-nya keluarga Nabi Daud.”
(HR. Bukhari no. 5048 versi Fathul Bari, no. 4660 versi aplikasi Lidwa)
Mizmar (مزمار), bentuk jamaknya adalah Mazaamir (مَزَامِيرِ), secara bahasa berarti seruling. Namun, kata Mizmar juga digunakan sebagai kiasan untuk suara yang indah.
Sehingga hadits di atas bukan diartikan Abu Musa memiliki seruling keluarga Nabi Daud, melainkan Abu Musa memiliki suara yang indah seperti keluarga Nabi Daud.
Kata ‘mizmar’ juga memiliki padanan dalam bahasa Ibrani, yaitu ‘mizmor’ (מזמור) yang berarti “suara yang diiringi alat musik dawai”.
Karena itu kalangan Nasrani juga menamakan kitab yang dikaitkan dengan Nabi Daud tersebut sebagai Mazmur karena menganggap isi kitab tersebut merupakan syair pujian yang dinyanyikan.
Sedangkan Islam menamakan kitab yang diwahyukan kepada Nabi Daud tersebut sebagai Zabur (menulis dengan sempurna) karena berisi komposisi pujian yang sempurna untuk masa itu.
Wallahu A’lam
📞 Hubungi kami di 0813-747-747-15 atau kunjungi situs kami di janamadinahwisata.co.id untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran. Jana Madinah Wisata siap membantu Anda merencanakan perjalanan haji yang tak terlupakan
Bersama Jana Madinah Wisata wujudkan perjalanan spiritual mu.
🕋 PT. Jana Madinah Wisata
(Provider Visa Haji Furoda)
Travel Umroh & Haji
"InsyaAllah Perjalanan Nyaman Sesuai Syariah"
INFO, PENDAFTARAN & KONSULTASI UMROH / HAJI :
📞 0813-7477-4715 (whatsApp/call)
🌐www.janamadinahwisata.co.id
Alamat Kantor Pusat Jana Madinah Wisata :
Jl. Pulo Sirih Utama No.297, RT.001/RW.015, Jaka Setia, Kec. Bekasi Selatan.
Bekasi, Jawa Barat 17147
#JMW
#JMW